Thursday, April 24, 2008

Childish

Hari ini, saya merasa childish alias kekanak-kanakan. Melow, pundungan, ngerutukan. Ga jelas, deh! Padahal, ga lagi PMS, kok

Awalnya tuh kemarin, saya makan siang dengan seorang sohib saya, sambil ngobrol-ngobrol seputar kami. Lalu kami tiba di sebuah percakapan yang tidak menyenangkan buat saya. Saya ga bisa cerita di sini apa yang kami perbincangkan. Hanya saja, percakapan itu sungguh berpengaruh pada saya. Saya adalah orang yang ekspresif. Sehingga gestur saya pasti kebaca olehnya. Kalo saya berani, kemarin tuh saya sudah nangis di depannya. Tapi kemarin, gengsi saya menang dan saya hanya bisa menahan nangis. Walau kemudian berefek ke fisik saya. Asam lambung saya jadi naik, yang berefek pada mual-mual dan selera makan hilang.


Dan semalam, jam 00.30, Ilman muntah-muntah. Ga tau kenapa. Nggak ada demam atau batuk. Tiba-tiba saja dia muntah-muntah sampai lima kali, setelah sebelumnya dia gelisah, nggak bisa tidur. Seprai, selimut, sarung bantal kena semua. Ilman ganti baju sampai tiga kali. Muntah pertama ga kena bajunya, hanya kena seprai. Muntah kedua, ketiga dan keempat kena ke bajunya. Muntah kelima, baju saya yang kena.

Saya bingung dan gelisah, sementara Ilman ga bisa disusui. Mungkin masih mual. Sudah jam 02.00, Ilman belum juga bisa tidur, sementara kepala saya sakit hebat sekali. Saya juga kuatir Ilman muntah lagi. Saya cari cara supaya Ilman ga mual. Saya berusaha susui sampai dia mau. Akhirnya, baru jam 03.00 Ilman mau disusui. Lama juga sampai akhirnya kami tertidur. Saya tertidur sambil nangis. Bingung campur kuatir. Di kamar sebelah, adik saya yang kelas 3 SMA demam tinggi, padahal masih ujian.


Mungkin saya tertidur sekitar 03.30, ketika adzan awal tiba. Saya nggak mampu bangun untuk berwudhu, padahal saya ingin shalat malam. Sebetulnya, kemarin siang saya agak lemas karena bolak balik kamar mandi. Ketika tubuh saya minta istirahat, ternyata ga bisa, karena ada yang harus lebih saya perhatikan.

Saya terbangun nyaris jam 6 pagi, otomatis terlambat mengerjakan shalat Shubuh. Terbangun karena dibangunkan Pail, dengan kepala agak pusing. Usai shalat Shubuh, saya menyandarkan kepala sebentar sambil berencana mandi sesegera mungkin. Ternyata, tepat ketika saya akan mandi, Ilman bangun mencari saya. Langsung saya susui. Mendekati jam 7, saya mandikan Ilman. Kelihatannya ga ada tanda-tanda mau muntah lagi. Sayapun teringat, sekarang hari Jumat, harus ke lapangan bulutangkis. Saya sms seseorang di kantor, minta ditungguin karena saya telat.

Tepat ketika saya sampai kantor, teman-teman siap berangkat ke lapangan. Saya nggak enak membuat mereka menunggu padahal sih sebenernya cuma tinggal taruh tas dan pake sepatu aja, saya suruh mereka pergi duluan dan saya akan naik angkot.

Ketika akan berangkat ke lapangan pake angkot, pandangan saya mendadak gelap. Saya memutuskan duduk sebentar dan membatalkan rencana nyusul ke lapangan. Kuatir ada apa-apa di jalan. Padahal, di rumah juga lagi pada sakit. Takut bikin kuatir orang banyak. Setelah saya merasa fit, saya berjalan mengelilingi Taman Cilaki sebanyak 5 putaran, susul-susulan sama rombongan manula.

Lumayan, dapet keringat banyak. Saya balik ke kantor, istirahat sebentar, lalu mandi. Seselesainya saya mandi dan dandan, rombongan yang habis dari lapangan bulutangkis pulang. Saya mesti bayar denda. Saya nangis setelah saya keluarkan uang denda itu. Sebetulnya, saya nggak keberatan bayar dendanya. Ini resiko saya, ada aturan yang harus diikuti, yang kebetulan saya langgar.

Tapi, entah kenapa, seketika, saya merasa sendirian, ga punya teman. Tiba-tiba saya merasa ingin dimengerti, entah oleh siapa. Tapi, siapa sih gue? Emangnya siapa saya sampe harus ada orang yang peduli dengan kesusahan saya? Cuma masalah segitu aja kok dianggap susah?

Buat kebanyakan orang, masalah anak muntah, anak dirawat di RS, atau anak ga dikasih ASI mungkin sepele. Tapi, buat saya, ini masalah besar. Ketika keluarga sakit, lalu saya ga mengurus mereka, saya merasa useless. Tiba-tiba saya teringat akan cerita temen saya yang anaknya minta dimandikan, temen saya ga sempat melakukannya. Dan ternyata, itu permintaan anaknya yang terakhir, karena kemudian anaknya meninggal dunia hari itu juga.

Entahlah. Saya tahu, saya ini kekanak-kanakan. Suka mikir yang nggak-nggak. Ketika orang lain curhat, saya mesti ada buat mereka. Tapi, ketika saya butuh curhat... ga ada yang peduli atau meremehkan curhatan saya....

Lalu, saya tertawa... mungkin, saya harus bikin curhat yang dramatis biar ada yang peduli
Tentu saja saya ga bisa mencap orang lain childish, karena saya sendiri childish. Ada orang yang benci menunggu, tapi ketika kita harus menunggu orang tersebut, bisa jutaan kali lebih lelet dari kita. Ada yang ga suka orang pundungan, tapi ternyata dia sendiri jauh lebih pundungan dari kita. Ada yang suka sekali meledek sepuas-puasnya, tapi ketika dia diledek sekali aja, pundungannya luar biasa.

Jadi inget tag sebuah iklan... errr... produk apa, ya? Saya hanya ingat kalimatnya saja.
"MENJADI DEWASA ADALAH PILIHAN, MENJADI TUA ADALAH MUTLAK".

memilih jadi dewasa itu ternyata nggak mudah, ya....

Childish

Hari ini, saya merasa childish alias kekanak-kanakan. Melow, pundungan, ngerutukan. Ga jelas, deh! Padahal, ga lagi PMS, kok

Awalnya tuh kemarin, saya makan siang dengan seorang sohib saya, sambil ngobrol-ngobrol seputar kami. Lalu kami tiba di sebuah percakapan yang tidak menyenangkan buat saya. Saya ga bisa cerita di sini apa yang kami perbincangkan. Hanya saja, percakapan itu sungguh berpengaruh pada saya. Saya adalah orang yang ekspresif. Sehingga gestur saya pasti kebaca olehnya. Kalo saya berani, kemarin tuh saya sudah nangis di depannya. Tapi kemarin, gengsi saya menang dan saya hanya bisa menahan nangis. Walau kemudian berefek ke fisik saya. Asam lambung saya jadi naik, yang berefek pada mual-mual dan selera makan hilang.


Dan semalam, jam 00.30, Ilman muntah-muntah. Ga tau kenapa. Nggak ada demam atau batuk. Tiba-tiba saja dia muntah-muntah sampai lima kali, setelah sebelumnya dia gelisah, nggak bisa tidur. Seprai, selimut, sarung bantal kena semua. Ilman ganti baju sampai tiga kali. Muntah pertama ga kena bajunya, hanya kena seprai. Muntah kedua, ketiga dan keempat kena ke bajunya. Muntah kelima, baju saya yang kena.

Saya bingung dan gelisah, sementara Ilman ga bisa disusui. Mungkin masih mual. Sudah jam 02.00, Ilman belum juga bisa tidur, sementara kepala saya sakit hebat sekali. Saya juga kuatir Ilman muntah lagi. Saya cari cara supaya Ilman ga mual. Saya berusaha susui sampai dia mau. Akhirnya, baru jam 03.00 Ilman mau disusui. Lama juga sampai akhirnya kami tertidur. Saya tertidur sambil nangis. Bingung campur kuatir. Di kamar sebelah, adik saya yang kelas 3 SMA demam tinggi, padahal masih ujian.


Mungkin saya tertidur sekitar 03.30, ketika adzan awal tiba. Saya nggak mampu bangun untuk berwudhu, padahal saya ingin shalat malam. Sebetulnya, kemarin siang saya agak lemas karena bolak balik kamar mandi. Ketika tubuh saya minta istirahat, ternyata ga bisa, karena ada yang harus lebih saya perhatikan.

Saya terbangun nyaris jam 6 pagi, otomatis terlambat mengerjakan shalat Shubuh. Terbangun karena dibangunkan Pail, dengan kepala agak pusing. Usai shalat Shubuh, saya menyandarkan kepala sebentar sambil berencana mandi sesegera mungkin. Ternyata, tepat ketika saya akan mandi, Ilman bangun mencari saya. Langsung saya susui. Mendekati jam 7, saya mandikan Ilman. Kelihatannya ga ada tanda-tanda mau muntah lagi. Sayapun teringat, sekarang hari Jumat, harus ke lapangan bulutangkis. Saya sms seseorang di kantor, minta ditungguin karena saya telat.

Tepat ketika saya sampai kantor, teman-teman siap berangkat ke lapangan. Saya nggak enak membuat mereka menunggu padahal sih sebenernya cuma tinggal taruh tas dan pake sepatu aja, saya suruh mereka pergi duluan dan saya akan naik angkot.

Ketika akan berangkat ke lapangan pake angkot, pandangan saya mendadak gelap. Saya memutuskan duduk sebentar dan membatalkan rencana nyusul ke lapangan. Kuatir ada apa-apa di jalan. Padahal, di rumah juga lagi pada sakit. Takut bikin kuatir orang banyak. Setelah saya merasa fit, saya berjalan mengelilingi Taman Cilaki sebanyak 5 putaran, susul-susulan sama rombongan manula.

Lumayan, dapet keringat banyak. Saya balik ke kantor, istirahat sebentar, lalu mandi. Seselesainya saya mandi dan dandan, rombongan yang habis dari lapangan bulutangkis pulang. Saya mesti bayar denda. Saya nangis setelah saya keluarkan uang denda itu. Sebetulnya, saya nggak keberatan bayar dendanya. Ini resiko saya, ada aturan yang harus diikuti, yang kebetulan saya langgar.

Tapi, entah kenapa, seketika, saya merasa sendirian, ga punya teman. Tiba-tiba saya merasa ingin dimengerti, entah oleh siapa. Tapi, siapa sih gue? Emangnya siapa saya sampe harus ada orang yang peduli dengan kesusahan saya? Cuma masalah segitu aja kok dianggap susah?

Buat kebanyakan orang, masalah anak muntah, anak dirawat di RS, atau anak ga dikasih ASI mungkin sepele. Tapi, buat saya, ini masalah besar. Ketika keluarga sakit, lalu saya ga mengurus mereka, saya merasa useless. Tiba-tiba saya teringat akan cerita temen saya yang anaknya minta dimandikan, temen saya ga sempat melakukannya. Dan ternyata, itu permintaan anaknya yang terakhir, karena kemudian anaknya meninggal dunia hari itu juga.

Entahlah. Saya tahu, saya ini kekanak-kanakan. Suka mikir yang nggak-nggak. Ketika orang lain curhat, saya mesti ada buat mereka. Tapi, ketika saya butuh curhat... ga ada yang peduli atau meremehkan curhatan saya....

Lalu, saya tertawa... mungkin, saya harus bikin curhat yang dramatis biar ada yang peduli
Tentu saja saya ga bisa mencap orang lain childish, karena saya sendiri childish. Ada orang yang benci menunggu, tapi ketika kita harus menunggu orang tersebut, bisa jutaan kali lebih lelet dari kita. Ada yang ga suka orang pundungan, tapi ternyata dia sendiri jauh lebih pundungan dari kita. Ada yang suka sekali meledek sepuas-puasnya, tapi ketika dia diledek sekali aja, pundungannya luar biasa.

Jadi inget tag sebuah iklan... errr... produk apa, ya? Saya hanya ingat kalimatnya saja.
"MENJADI DEWASA ADALAH PILIHAN, MENJADI TUA ADALAH MUTLAK".

memilih jadi dewasa itu ternyata nggak mudah, ya....